Anak-Anak Pun Antusias Lihat Gerhana Bulan
Iman Herdiana - Okezone
Kamis, 16 Juni 2011 04:42 wib
3 14 Email0
Ilustrasi
BANDUNG - Fenomena bulan gerhana bulan sempat terlihat jelas di Observatorium Bosscha Lembang, Bandung. Gerhana total tersebut tidak hanya memancing perhatian observer, astronom atau mahasiswa, tetapi juga anak-anak.
“Senang sekali bulannya merah ya,” kata Raihan (9), kepada okezone di Observatorium Bosscha, Kamis (16/6/2011) dini hari.
Raihan adalah salah satu anak yang penasaran ingin menonton gerhana bulan. Kebetulan, ketika dia keluar dari rumahnya yang berada di sekitar kompleks Bosscha sekira pukul 03.00 WIB, awan yang menutupi bulan sempat tersingkap.
Sehingga Raihan bersama adiknya, Kansa (7), yang diantar ibunya, Fenti (30), bisa bersama-sama menyaksikan bulan berwarna merah tua dengan mata telanjang. Sesekali mereka juga mengintip bulan lewat teleskop Bosscha.
Fenti mengaku, kedua anaknya sangat penasaran ingin menyaksikan gerhana. Kedua anaknya, kata Fenti, ingin menceritakan hasil amatan gerhana bulan kepada teman-temannya di sekolah. “Saya stel alarm jam tiga. Pas bangun ternyata gerhananya sudah total,” tuturnya.
Pantauan okezone, peneropongan dan pengamatan gerhana bulan memang sering terganggu awan dan kabut. Namun sekira pukul 03.00 WIB, bulan sabit merah sempat muncul. Lalu selama lima menit kembali tertutup awan. Sekira pukul 03.05 WIB kembali bulan muncul dalam bentuk cincin berwarna merah. Puncak pada pukul 03.10 WIB, bulan kembali muncul dengan bentuk lebih utuh dari sebelumnya.
Kepala Observatorium Bosscha Hakim L Malasan menjelaskan, menurut ramalan BMKG cuaca Juni seharusnya cerah. Namun di Lembang ppeneropongan terganggu karena munculnya awan dan kabut lokal.
Mengenai warna merah bulan saat terjadi gerhana, menurut Hakim, itu karena cahaya matahari yang sejajar dengan bumi dan bulan. Selain itu, bulan yang tadinya putih menjadi merah adalah ukuran tingkat kekotoran atmosfer. “Makin merah bulan makin kotor atmosfer, itu perhitungannya,” terangnya.
(fer)
“Senang sekali bulannya merah ya,” kata Raihan (9), kepada okezone di Observatorium Bosscha, Kamis (16/6/2011) dini hari.
Raihan adalah salah satu anak yang penasaran ingin menonton gerhana bulan. Kebetulan, ketika dia keluar dari rumahnya yang berada di sekitar kompleks Bosscha sekira pukul 03.00 WIB, awan yang menutupi bulan sempat tersingkap.
Sehingga Raihan bersama adiknya, Kansa (7), yang diantar ibunya, Fenti (30), bisa bersama-sama menyaksikan bulan berwarna merah tua dengan mata telanjang. Sesekali mereka juga mengintip bulan lewat teleskop Bosscha.
Fenti mengaku, kedua anaknya sangat penasaran ingin menyaksikan gerhana. Kedua anaknya, kata Fenti, ingin menceritakan hasil amatan gerhana bulan kepada teman-temannya di sekolah. “Saya stel alarm jam tiga. Pas bangun ternyata gerhananya sudah total,” tuturnya.
Pantauan okezone, peneropongan dan pengamatan gerhana bulan memang sering terganggu awan dan kabut. Namun sekira pukul 03.00 WIB, bulan sabit merah sempat muncul. Lalu selama lima menit kembali tertutup awan. Sekira pukul 03.05 WIB kembali bulan muncul dalam bentuk cincin berwarna merah. Puncak pada pukul 03.10 WIB, bulan kembali muncul dengan bentuk lebih utuh dari sebelumnya.
Kepala Observatorium Bosscha Hakim L Malasan menjelaskan, menurut ramalan BMKG cuaca Juni seharusnya cerah. Namun di Lembang ppeneropongan terganggu karena munculnya awan dan kabut lokal.
Mengenai warna merah bulan saat terjadi gerhana, menurut Hakim, itu karena cahaya matahari yang sejajar dengan bumi dan bulan. Selain itu, bulan yang tadinya putih menjadi merah adalah ukuran tingkat kekotoran atmosfer. “Makin merah bulan makin kotor atmosfer, itu perhitungannya,” terangnya.
(fer)
